Sabtu, 21 Juni 2014

Tarhib Ramadhan

Istilah Tarhib Ramadhan sudah menjadi akrab di hati ummat Islam Indonesia. Setiap tahun menjelang datangnya bulan suci Ramadhan ummat menghadiri kegiatan bernama Tarhib Ramadhan. Kata tarhib berasal dari akar kata yang sama yang membentuk kata Marhaban. Sedangkan marhaban artinya selamat datang atau welcome. Maka Tarhib Ramadhan berarti Selamat Datang Ramadhan atau Welcome Ramadhan.
Seorang muslim perlu membangun sikap positif dalam menyambut kedatangan bulan istimewa Ramadhan. Bahkan berdasarkan sebuah hadits Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam biasanya sejak dua bulan sebelum datang Ramadhan sudah mengajukan doa kepada Allah ta’aala dalam rangka Tarhib Ramadhan atau welcoming Ramadhan.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ
Adalah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam apabila memasuki bulan Rajab berdoa: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan berkahilah kami di bulan Ramadhan.” (HR Ahmad 2228)
Rajab, Sya’ban dan Ramadhan merupakan bulan ketujuh, kedelapan dan kesembilan dari sistem kalender Hijriyah Ummat Islam. Hadits di atas seolah mengisyaratkan bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam punya kebiasaan menyambut kedatangan Ramadhan bahkan dua bulan sebelum ia tiba. Artinya, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ingin menggambarkan betapa istimewanya Ramadhan sehingga dua bulan sebelumnya sepatutnya seorang Muslim sudah mulai mengkondisikan diri menyambut Ramadhan lewat do’a seperti di atas.
Mengapa Ramadhan dipandang sebagai bulan istimewa? Coba perhatikan beberapa hadits di bawah ini:
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu katanya: Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Apabila tiba bulan Ramadan, dibuka pintu-pintu Syurga dan ditutup pintu-pintu Neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu.” (HR Muslim 1793)
Al-Qadhi Iyadh rahimahullah berkata: “Ada kemungkinan yang dimaksud adalah makna yang sebenarnya, dan yang demikian itu merupakan tanda bagi para malaikat akan masuknya bulan Ramadhan, penghormatan terhadapnya serta dicegahnya syetan untuk mengganggu kaum muslimin. Ada pula kemungkinan ini merupakan isyarat akan banyaknya pahala serta pengampunan dan berkurangnya gangguan syetan, sehingga mereka seperti orang-orang yang terbelenggu.”
Al-Qadhi Iyadh rahimahullah melanjutkan bahwa kemungkinan yang dimaksud dengan ”pintu-pintu surga dibuka” adalah ungkapan bentuk-bentuk ketaatan yang Allah ta’aala buka untuk hamba-hambaNya, dan yang demikian itu merupakan sebab-sebab masuknya seseorang ke dalam surga. Sedangkan yang dimaksud dengan ”pintu-pintu nerkaka ditutup” adalah ungkapan akan dipalingkannya keinginan untuk mengerjakan kemaksiatan yang menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka. Adapun kalimat ”syetan dibelenggu” merupakan ungkapan ketidakmampuan mereka untuk membuat tipu daya dan menghiasi syahwat.”
Jika demikian, mengapa kita masih melihat kejahatan dan maksiat di bulan Ramadhan? Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan: ”…kemaksiatan itu disebabkan oleh sejumlah faktor selain syetan: seperti jiwa yang buruk, kebiasaan tidak baik dan syetan dari jenis manusia.”
Oleh karenanya, seberapa besar kebaikan akan diperoleh seseorang sangat bergantung kepada bagaimana orang itu sendiri menyikapi dan menyambut kedatangan Ramadhan. Bila ia sikapi dan sambut Ramadhan dengan suka cita, insyaAllah Ramadhan akan menjadi pembuka rahmat Allah ta’aala dan pintu surga baginya.
Namun sebaliknya bila ia masih saja tidak peduli dengan kesucian Ramadhan maka jangan harap ia akan bisa memperoleh kebaikan darinya. Sangat mungkin ia malah menjadi orang yang penuh kegusaran di bulan Ramadhan. Sebuah rasa gusar yang menghasilkan penyesalan di saat api neraka sudah terlihat di depan matanya.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ

صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ

مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ

يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Bila tiba malam pertama bulan Ramadhan para syaithan dibelenggu, maksudnya jin. Dan pintu-pintu neraka ditutup dan tak satupun yang dibuka dan pintu-pintu surga dibuka dan tak satupun yang ditutup. Lalu ada penyeru yang menyerukan: ”Wahai para pencari kebaikan, sambutlah (songsonglah) dan wahai para pencari kejahatan, tolaklah (hindarilah).” Dan Allah ta’aala memiliki perisai dari api neraka. Dan yang demikian terjadi setiap malam.” (HR Tirmidzi 618)
Saudaraku, marilah kita memohon kepada Allah ta’aala agar memasukkan kita ke dalam golongan para pencari kebaikan di dalam bulan Ramadhan, bahkan sepanjang hayat. Marilah kita berdoa semoga Allah ta’aala jauhkan kita dari masuk ke dalam golongan pencari kejahatan di bulan Ramadhan apalagi seumur hidup. “Ya Allah, berkahilah kami dalam sisa bulan Sya’ban ini dan berkahilah kami di bulan Ramadhan.” Amin, ya Rabb.-

Selasa, 17 Juni 2014

Agar Bacaan Al-Qur`an Lebih Menyentuh Hati



lah Subhânahu wa Ta’âlâ memerintahkan Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam firman-Nya,
وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا
“Dan bacakanlah apa-apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabb-mu (Al-Qur`an). Tiada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain Dia.” [Al-Kahf: 27]
Juga dalam firman-Nya,

إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ. وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ
“Aku hanya diperintah untuk menyembah Rabb negeri (Makkah) ini Yang telah menjadikan (negeri) itu suci, dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu. Serta, aku diperintah agar aku tergolong sebagai orang-orang yang berserah diri, dan supaya aku membacakan Al-Qur`an (kepada manusia).” [An-Naml: 91-92]
Kepada kaum mukminin, Allah ‘Azza wa Jalla menganjurkan,
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ. لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ.
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca (tilawah) kitab Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (Yakni) agar Dia menyempurnakan pahala untuk mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” [Fathir: 29-30]
Tidak diragukan bahwa membaca Al-Qur`an adalah salah satu tugas pokok seorang muslim dan muslimah serta sumber kebaikan dan kebahagiaan yang dia tidak bisa terlepas dari kehidupannya.
Membaca Al-Qur`an sesuai dengan perintah Allah ‘Azza wa Jalla akan mewariskan keimanan yang sangat agung di dalam Allah dan akan menambah keyakinan, ketenangan, dan kelembutan[1].
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا.
“Dan dari Al-Qur`an, Kami menurunkan sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedang Al-Qur`an itu tidaklah menambah (sesuatu) kepada orang-orang zhalim, kecuali kerugian.” [Al-Isra`: 82]
Keutamaan dan manfaat membaca Al-Qur`an tentunya sangatlah banyak. Namun, yang menjadi masalah pada sebagian kaum muslimin pembaca Al-Qur`an adalah kurangnya pengaruh pada jiwa dalam membaca Al-Qur`an Al-Karim.
Oleh karena itu, pada tulisan ini, kami akan menjelaskan beberapa kiat yang bisa membantu seorang muslim dan muslimah agar hati dan jiwanya lebih tersentuh serta lebih membuat dia bisa cinta dan mengagungkan Al-Qur`an.
Berikut penjelasan beberapa kiat tersebut dengan memohon pertolongan kepada Allah.
Pertama, mengetahui keutamaan, keagungan derajat, dan ketinggian kedudukan Al-Qur`an sehingga seseorang membaca Al-Qur`an dengan penuh kegembiraan dan rasa harap, serta penuh penghormatan, pengagungan, dan rasa takut kepada Allah, Yang menurunkan Al-Qur`an tersebut. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ. قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ.
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang pelajaran dari Rabb kalian kepada kalian, penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, serta petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah mereka bergembira dengan itu. (Karunia Allah dan rahmat-Nya) itu adalah lebih baik daripada apa-apa yang mereka kumpulkan. ” [Yunus: 57-58]
Kedua, pengetahuan seorang hamba bahwa Al-Qur`an adalah kalamullah (firman Allah) yang merupakan sebaik-baik pembicaraan dan ucapan jujur yang teragung dan terbenar.
Mencermati bahwa Al-Qur`an adalah kalamullah akan membuat pembaca Al-Qur`an merasakan bahwa seakan-akan Allah berbicara kepadanya. Tentunya, pengagungan seperti ini akan berpengaruh kepada hati seorang hamba. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ.
“Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” [Al-Hajj: 32]
Ketiga, membaca Al-Qur`an dengan menadabburi dan mencermati kandungannya.
Karena, maksud utama penurunan Al-Qur`an adalah agar kita menadabburi ayat-ayat-Nya sebagaimana yang dijelaskan dalam firman-Nya,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ.
“Ini adalah sebuah kitab penuh berkah yang Kami turunkan kepadamu supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran.” [Shad: 29]
Meninggalkan tadabbur terhadap Al-Qur`an akan menimbulkan kekerasan dalam hati. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menegaskan,
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا.
“Maka apakah mereka tidak menadabburi Al-Qur`an, ataukah hati mereka terkunci?” [Muhammad: 24]
Hendaknya diketahui bahwa menadabburi dan mencermati Al-Qur`an adalah lebih baik daripada sekadar membaca Al-Qur`an. Oleh karena itu, Ibnu Hajar Al-Asqalâny rahimahullâh berkata, “Siapa saja yang membaca (Al-Qur`an) dengan tartil dan mencermati (Al-Qur`an), dia bagaikan orang yang bersedekah dengan suatu permata yang sangat mahal.”[2]
Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Barangsiapa yang membaca Al-Qur`an dengan tafakkur (memikirkan dan merenunginya) hingga, jika melalui sebuah ayat yang dia perlukan dalam mengobati hatinya, dia mengulangi walaupun seratus kali, bahkan semalam penuh, karena membaca satu ayat dengan tafakkur dan memahami (ayat) itu adalah lebih baik daripada bacaan khatam tanpa tadabbur dan memahami. (Hal tersebut) juga lebih bermanfaat bagi hati dan lebih mengajak untuk memperoleh keimanan dan merasakan kemanisan Al-Qur`an.”[3]
Keempat, membaca Al-Qur`an dengan memohon perlindungan kepada Allah Ta’âlâ dari gangguan syaithan yang terkutuk. Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan,
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.
“Apabila membaca Al-Qur`an, hendaklah engkau meminta perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.” [An-Nahl: 98]
Hendaknya dia membaca, “A’ûdzu billâhi minasy syaithânir rajîm,” dengan menyadari bahwa syaithan sungguh berusaha memalingkannya dari mengambil manfaat dan mengamalkan Al-Qur`an.
Kelima, membaca Al-Qur`an dengan rasa khusyu’. Allah telah memerintah, disertai dengan peringatan, kepada orang-orang yang beriman dalam firman-Nya,
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ.
“Belumkah datang waktunya, bagi orang-orang yang beriman, untuk hati mereka khusyu’ dalam mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, (tetapi) kemudian hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang fasik.” [Al-Hadîd: 16]
Keenam, membaca Al-Qur`an secara tartil.
Allah telah memerintahkan dalam firman-Nya,
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا.
“Dan bacalah Al-Qur`an itu secara tartil (perlahan-lahan).” [Al-Muzzammil: 4]
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah memberi contoh dengan membaca secara tartil dalam shalat malamnya. Jika melewati bacaan ayat yang mengandung tasbih, beliau bertasbih. Jika melewati bacaan ayat tentang rahmat, beliau berhenti dan memohon rahmat Allah. Bila melalui bacaan ayat tentang ayat adzab, beliau berlindung kepada Allah[4].
Dalam sebuah hadits[5], Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat malam hanya dengan mengulangi membaca sebuah ayat, yaitu firman Allah Ta’âlâ,
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.
“Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, tetapi jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Al-Maidah: 118]
Ketujuh, mempelajari kandungan dan tafsir Al-Qur`an dari para ulama.
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ.
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah (baca: masjid) di antara rumah-rumah Allah, yang mereka membaca kitab Allah dan saling mempelajari (kitab) tersebut di antara mereka, kecuali bahwa pasti turun ketenangan di tengah mereka, mereka akan diliputi rahmat, dinaungi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut mereka (di depan para malaikat) di sisi-Nya.”
Kedelapan, memahami makna tilawah Al-Qur`an yang sebenarnya.
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.
“Orang-orang yang telah Kami beri Al-Kitab, mereka menilawah (Al-Qur`an) dengan bacaan yang sebenarnya. Mereka itu beriman kepada (Al-Qur`an). Dan barangsiapa yang ingkar terhadap (Al-Qur`an), mereka itulah orang-orang yang merugi.” [Al-Baqarah: 121]
Tilawah terhadap Al-Qur`an adalah dengan tiga hal:
  1. Membacanya sesuai dengan ketentuan-ketentuan pembacaan Al-Qur`an yang ada di kalangan ahli qirâ`ah dan tajwid.
  2. Memahami kandungan dan penafsirannya.
  3. Mengimani dan mengamalkan kandungan dan hukum-hukumnya[6].
Kesembilan, mencontoh keadaan para nabi dan orang-orang shalih dalam membaca Al-Qur`an.
Salah satu sifat para malaikat, yang selalu taat dan takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla, adalah membaca kalamullah sebagaimana dalam firman-Nya,
فَالتَّالِيَاتِ ذِكْرًا.
“Dan demi (rombongan malaikat) yang membacakan Kalamullah.” [Ash-Shaffat: 3]
Tentang para nabi, Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا.
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah Allah beri nikmat, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dari keturunan Ibrahim dan Israil, serta dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” [Maryam: 58]
Juga, Allah menjelaskan sifat orang-orang yang berilmu saat mendengar ayat-ayat Allah sebagaimana dalam firman-Nya,
إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا. وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولًا. وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا.
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila dibacakan Al-Qur`an kepada mereka, bersungkur di atas muka mereka sambil bersujud seraya berkata, ‘Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi.’ Dan mereka bersungkur di atas muka mereka sambil menangis, dan mereka pun bertambah khusyu’.” [Al-Isra`: 107-109]
Nabi kita, Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam, menangis pada banyak keadaan dalam membaca Al-Qur`an atau ketika mendengar bacaan Al-Qur`an para shahabat sebagaimana telah sah dalam sejumlah hadits.
Kesepuluh, kekhawatiran terhadap diri bila tergolong sebagai orang-orang yang meninggalkan dan mengacuhkan Al-Qur`an.
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah mengingatkan,
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا.
“Berkatalah Rasul, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur`an itu sebagai sesuatu yang tidak diacuhkan.’.” [Al-Furqan: 30]
Ibnul Qayyim rahimahullâh menyebut lima bentuk tentang meninggalkan Al-Qur`an:
  1. Meninggalkan mendengar, mengimani, dan memperhatikan Al-Qur`an.
  2. Meninggalkan beramal dengan Al-Qur`an serta berhenti pada setiap halal dan haramnya.
  3. Meninggalkan berhukum dan tahâkum kepada Al-Qur`an.
  4. Meninggalkan tadabbur dan memahami (Al-Qur`an).
  5. Meninggalkan berobat dan mencari kesembuhan dengan (Al-Qur`an)[7].
Demikianlah sepuluh kiat agar hati lebih tersentuh ketika membaca Al-Qur`an. Semoga Allah membersihkan hati dan jiwa kita dari segala dosa dan maksiat, dari segala penyakit dan bahaya, serta semoga Allah senantiasa memerangi dan menyejukkan hati-hati kita dengan Al-Qur`an Al-Karim. Innahu waliyyu dzalika wal qadiru ‘alaihi wa huwa jawwadun karîm.
[Disarikan dari Makalah Tsamaniyyah Khathawât Min Ajl Qirâ’ah Mu`tsirah Li Al-Qur`ân Al-Karîm dengan banyak tambahan]

[1] Majmû’ Al-Fatâwâ 7/283 karya Ibnu Taimiyah.
[2] Fath Al-Bâry.
[3] Miftâh Dâr As-Sa’âdah.
[4] Diriwayatkan oleh Muslim.
[5] Diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasâ`iy, dan Ibnu Mâjah dengan sanad yang hasan. Bacalah Ashl Shifât Ash-Shalah 2/534-535 karya Al-Albâny.
[6] Ahkâm Min Al-Qur`ân Al-Karîm 1/322 karya Syaikh Shalih bin ‘Utsaimin.
[7] Al-Fawâ`id.

Anak Tukang Becak Jadi Lulusan terbaik denGAN IPK 3,96

Bersyukurlah bahwa dunia pendidikan makin terbuka bagi mereka yang mau belajar dan menunjukkan prestasinya yang luar biasa. Tak lagi ada batasan kaya atau miskin. Selama keinginan itu besar, jalan menuju keberhasilan akan selalu terbuka. Tersedianya banyak beasiswa membuat kemungkinan itu terjadi. Alhasil, dalam menempuh pendidikan, prestasi ditentukan oleh kemauan belajar dan kerja keras, bukan lagi ditentukan oleh kaya atau miskin dan lengkapnya fasilitas.

Meskipun begitu, ketika melihat anak tukang becak bisa lulus kuliah, kekaguman tetap terlontar dengan sendirinya. Apalagi jika dibarengi dengan prestasi yang luar biasa.

Hari Selasa kemarin (10 Juni 2014), peristiwa menarik terjadi saat acara wisuda di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Raeni dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Unnes menjadi lulusan terbaik dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) hampir sempurna, 3,96. Yang membuat banyak orang terkagum-kagum, Raeni hanyalah anak tukang becak. Kemarin, di saat rekan-rekan lainnya datang diantar mobil mewah, Raeni tiba di kampus, diantar becak yang dikayuh sang ayah, Mugiyono.

Mugiyono berprofesi sebagai tukang becak yang pendapatannya tak tentu. Namun rata-rata tiap hari mendapatkan Rp10.000-Rp50.000. Pendapatan itu jelas tak mencukupi. Karena itu untuk menambah penghasilan Mugiyono bekerja sebagai penjaga malam di sebuah sekolah di sekitar tempat tinggalnya di Kendal, dengan gaji Rp450.000.

Meski begitu, uang sebanyak itu sulit dikatakan akan mampu mencukupi kebutuhan kehidupan keluarga ini, apalagi dengan anak yang kuliah. Ternyata Raeni bisa mengatasi biaya kuliahnya karena memperoleh beasiswa. Dan beasiswa ini tak diberikan begitu saja. Hanya mereka yang memiliki prestasi baik yang bisa mendapatkannya. Ternyata itu bisa dipenuhi Raeni karena selama menempuh pendidikan di sana ia mampu meraih indeks prestasi 4 (sempurna) dan diakhiri saat wisuda dengan IPK 3,96 itu.

“Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Sampai saat ini Unnes menyediakan 26 persen dari jumlah kursi yang dimilikinya untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni,” kata Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman MHum. Dengan program seperti itu ia yakin, tak lama lagi anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil menjadi kaum terpelajar baru. “Mereka akan tampil sebagai eksekutif, intelektual, pengusaha, bahkan pemimpin republik ini,” katanya.

Raeni sendiri tak puas dengan prestasinya itu. Ia memiliki ambisi untuk melanjutkan kuliah S2 di luar negeri. “Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Penginnya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi,” katanya. Sang ayah mendukungnya tentu dengan harapan anaknya kembali bisa mendapatkan beasiswa.

Prestasi Raeni itu sepatutnya memacu mahasiswa lain untuk berpacu mengejar prestasi terbaiknya. Dan bagi mereka yang berasal dari kalangan tidak mampu, prestasi Raeni menunjukkan bahwa selama punya kemauan, sesuatu yang dulu dianggap tidak mungkin, kini makin terbuka untuk bisa diwujudkan.

_______
Sumber dan foto: Universitas Negeri Semarang.
http://andriewongso.com/articles/details/13447/Anak-Tukang-Becak-Jadi-Lulusan-Terbaik

Belajar Memahami Peran Mahasiswa

Oleh Agnes Harvelian

Jumat, 21 Maret 2014
Status baru disematkan setelah rata-rata 12 tahun menempuh pendidikan di sekolah. Dari siswa menjadi mahasiswa, konon katanya ada puluhan perbedaan antara siswa dan mahasiswa.
Mulai dari pola pikir, tanggungjawab, hingga menu pilihan hidup yang disediakan. Namun jika dilihat sekilas, perbedaan keduanya tidaklah seperti langit dan bumi. Siswa tawuran, sang maha (siswa) pun melakukan hal yang sama. Juga membolos, menyontek, tidur dalam kelas.. bahkan saat usai berpendidikan (baca: lulus) pun melamar di tempat dan untuk posisi yang sama.

“Mbak ngelamar juga ya?” ucap pria rapi berdasi
“Iya Mas, sama ya. Mudah-mudah staf keuangan menjadi rezeki dari Tuhan”
“Amien, lulusan mana Mbak?”
“SMA; sudah hampir 3 tahun jadi staf keuangan di PT. X sekarang mau cari suasana baru. Kalau Mas?” tegas sang wanita.
(Sambil senyum memaksa) “Saya lulusan sarjana pertanian, hampir setahun ini luntang lantung cari pekerjaan, ya apapun dicoba sajalah,” ucapnya lesu.

Dengan berat hati harus dikatakan, seakan sama saja secara gambaran besar, tidak ada stratifikasi pendidikan formal. Lalu pertanyaan "mengapa" dan "kenapa" selalu hadir di benak; merasa dunia tidak adil, Tuhan tak berpihak, dan kesialan menyertai sepanjang hidup. Tanpa disadari terkadang pertanyaan "kenapa" selalu membuat lelah dan membuat tidak produktif. Otomatis pikiran dan tubuh terfokus pada satu titik yakni pencarian kebenaran “sesuai” kenyamanan.

Stop berpikir tidak seru! Jelas saja kehidupan seakan berhenti tanpa tantangan. Apalagi yang akan diperjuangkan, bila kita terus berdiam diri dan menghindari tembok besar yang harus dihadapi. Kembali dengan status baru sebagai mahasiswa, tidak ada waktu maksimal untuk menjadi mahasiswa. Hanya saja ada tiga tahapan untuk khatam menjadi mahasiswa. Walau tidak wajib, di Indonesia cukup banyak yang memilih jalani tahapan ini dengan berbagai niat dan tujuan, S1-S2-S3.

Bagaimanapun dan apapun yang dipilih, harus diingat semua tidak ada jaminan berdampak mulus sesukses pemain bola membobol gawang lawan di menit terakhir dengan euforia kemenangan. Tuhan pun telah berjanji untuk meninggikan orang yang berilmu toh? Salah satunya jalur pendidikan adalah hal yang sesuai dengan titah Tuhan. Namun, saat ini sang maha-siswa yang sedang/akan/telah berpendidikan apakah mutlak jalurnya sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan? Belum tentu.

Iqra’ yang dalam bahasa Arab berarti bacalah, juga menjadi perintah pertama Rasululloh yang buta huruf untuk belajar Al-quran. Bukan hanya membaca apa yang tersurat, namun juga apa yang tersirat. Setiap manusia yang dapat membaca gambaran besar dari kehidupan, lalu mengurainya secara sistematis sesuai dengan apa yang dibaca dalam perkuliahan, dan praktik atas dasar realita dengan teori yang dibacanya.

Apabila mahasiswa sudah berada di titik ini, sekiranya apakah akan sama pola pikirnya dengan yang lain pada umumnya? Yes, we can!

Minggu, 01 Juni 2014

2 puluh 2



Seperti kata pepatah, tambah tua itu pasti, namun jadi dewasa itu pilihan. Waktu itu ketika umur 19 menjadi 20, ternyata aku belum cukup dewasa untuk bertambah tua. Masa remaja adalah waktu meningkatnya perbedaan di antara anak muda mayoritas, yang diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan berhadapan dengan masalah besar. Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir. Dari seluruh definisi remaja yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja termasuk dalam kategori usia 12 tahun sampai 22 tahun, berada pada masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mengalami fase perkembangan menuju kematangan secara mental, emosi, fisik, dan sosial.Dan inilah batas atau akhir dari masa remajaku menjadi dewasa, I'm not 21 anymore but I'm  22 years old now, kalimat itulah yg pantas kubanggakan pada umurku sekarang. setelah melalui beberapa fase dari tahun ke tahun, yaitu tertawa, menangis, marah, membohongi / dibohongi, mengkhianati / dikhianati, bahagia, senang, sedih, berduka pokoknya Gado-Gado deh rasanya, tambah rasa nano-nano juga, yaa manis asem asin gtuulah yg namanya KEHIDUPAN, :)tapi apapun tentang diriku I PROUD TO BE MYSELF, aku bangga terhadap apa yang aku punya dan miliki saat ini, aku juga tak lupa mengucap syukur kepada Allah SWT yg selalu senantiasa mendengarkan do’a hambanya ini :D
Dan di hari ini Senin 2 juni 2014 ini adalah  hari dimana gw genap berusia 22 tahun, dimana tepatnya 2 juni 1992 yang lalu, dihari itu gw pertama kali menyapa dunia dng sebuah tangisan ditengah-tengah sebuah keluarga kecil yg penuh rasa kasih dan sayang yang begitu besar...kini gw telah kembali ditengah-tengah keluarga ini dimana gw telah berlari selama 22 tahun mengejar mimipi-mimpi indah dalam hidup gw dan gw sangat bersyukur bisa melihat mereka dan merekapun masih  mengingat hari lahir gw...
dihari ini gw berharap semoga karir,studi serta cintaKU semakin tumbuh dan mekar serta menyebarkan aroma harum yang bermanfaat untuk lingkungan sekitarKU...dan semoga allah swt meridhoi semua itu,,,dan semoga amal & Ibadah gw semakin istiqomah dan Rajin serta semoga selalu diridhoi dan diberkahi oleh allah swt…
dan untuk Sepasang bidadari gw semoga sang khalik selalu menjaga dan memberikan kesehatan dan semoga semakin menjadi keluarga yang sakinnah mawadah warohmah serta allah swt semakin memberi nikmat iman dan islam serta nikmat sehat yang begitu besar kepada sepasang bidadari gw...
dan untuk my brother "guntur gunawan" semoga semakin menjadi anak yang pandai dan taat kepada mama dan bapa dan semoga dalam hal ibadah semakin rajin dan istiqomah,,dan yang terakhir semoga kita berdua bisa membuat mama dan bapa menangis bahagia dengan apa yang kita lakukan didunia ini dan tidak lupa selalu memberikan doa-doa yang terbaik buat mama dan bapa...
dan untuk pelangiku..Aku percaya, kamu adalah seorang bidadari yang hanya memiliki satu sayap, sebab satu sayap lainnya telah kumiliki,,,saat kita bersama,kita bisa terbang kemanapun kita mau.semoga allah selalu memberikan nikmatnya kepadamu yang begitu besar dan bermanfaat, semoga kebahagiaan selalu hadir di setiap hari-harimu, semoga studi serta cintaMu kepadaku semakin tumbuh dan mekar dan memberikan manfaat kepada lingkungan sekitarmu dan yang terakhir semoga bisa menjadi seorang bidadari yang halal untuku...
dan untuk semua sahabat dan teman-teman gw..semoga kalian semua semakin diberikan kebahagiaan dihari-hari kalian oleh allah swt..dan  harapan gw yang terakhir semoga gw bisa lebih mencintai dan bersyukur atas kehadiran kalian semua dalam hidupku...
aamiin...
happy birthday for me
"Nofri syafei"
For my big family, kerabat, sahabad, pak Presiden Obama,pak jokowi,pak prabowo,pak sby, bapak walikota, temen2, pak RT, pak RW, pak Lurah, camat, dan jajarannya thanks berat yah, yg udah ngucapin HAPPY BIRTHDAY and make all the best wishes for me. I Love u all