Bismillahirrahmaanirrahiim
Secara umum, kisah yang menakjubkan ini sebagaimana yang disebutkan oleh Allah -’Azza wa Jalla- dalam Al-Qur`an:
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”. (QS. Al-Isra` : 1)
Juga dalam firman-Nya:
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak
pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang
sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu)
menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang
tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah
dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat
(lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang
telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah
dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya
tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah
melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
(yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu
yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah
melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”.
(QS. An-Najm : 1-18)
***
Adapun rincian dan
urutan kejadiannya, diseebutkan 16 shahabat yang meriwayatkan kisah ini.
Mereka adalah: Anas bin Malik, Abu Dzar, Malik bin Sho’sho’ah, Ibnu
‘Abbas, Jabir, Abu Hurairah, Ubay bin Ka’ab, Buraidah ibnul Hushoib
Al-Aslamy, Hudzaifah ibnul Yaman, Syaddad bin Aus, Shuhaib, Abdurrahman
bin Quroth, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud, ‘Ali, dan ‘Umar -radhiallahu Ta’ala
‘anhum ajma’in-.
Berikut terjemahan kisahnya, kami sarikan
dari Shohih Al-Bukhary dan Shohih Muslim, dan bagi yang ingin melihat
teks aslinya silahkan merujuk kepada keduanya.
Rasulullah
-Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- bersabda, “Atap rumahku
terbelah ketika saya berada di Mekkah dalam keadaan antara tidur dan
terjaga, lalu turunlah Jibril -’alaihis salam- dan membelah dadaku.
Kemudian dia mencucinya dengan air zamzam, lalu dia datang dengan
membawa sebuah baskom dari emas yang penuh berisi hikmah dan iman dan
menuangkannya ke dalam dadaku, kemudian dia menutupnya (dadaku).
Kemudian didatangkan kepadaku Buroq –yaitu hewan putih yang panjang,
lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghol, dia meletakkan
telapak kakinya di ujung pandangannya.
Maka sayapun
menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di
tempat para nabi mengikat (tunggangan). Kemudian saya masuk ke mesjid
dan sholat 2 raka’at kemudian keluar. Kemudian kami naik ke langit
(pertama) dan Jibril minta izin untuk masuk, maka dikatakan (kepadanya),
“Siapa engkau?” Dia menjawab, “Jibril”. Dikatakan lagi, “Siapa yang
bersamamu?” Dia menjawab, “Muhammad” Dikatakan, “Apakah dia telah
diutus?” Dia menjawab, “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami
(pintu langit) dan saya bertemu dengan Adam.
Beliau
menyambutku dan mendo’akan kebaikan untukku. Kemudian kami naik ke
langit kedua, lalu Jibril berkata, “bukalah (pintu langit)”. Penjaganya
menanyakan seperti yang ditanyakan oleh penjaga langit pertama –lalu
beliau menyebutkan bahwa beliau bertemu dengan Nabi ‘Isa dan Yahya di
langit kedua, Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat,
Nabi Harun di langit kelima, Nabi Musa di langit keenam dan Nabi
Ibrahim di langit ketujuh-. Beliau bersabda, ”Maka saya bertemu dengan
Ibrahim dan dia sedang bersandar ke Baitul Ma’mur, dan dia adalah
(mesjid) yang dimasuki oleh 70.000 malaikat setiap harinya sedang mereka
tidak kembali lagi.
Lalu dia (Jibril) membawaku ke
Sidratul Muntaha. Ternyata daun-daunnya seperti telinga-telinga gajah
dan buahnya seperti tempayan besar. Tatkala dia diliputi oleh perintah
Allah, diapun berubah sehingga tidak ada seorangpun dari makhluk Allah
yang sanggup mengambarkan keindahannya. Juga diperlihatkan kepadaku
empat sungai, dua sungai di dalam dan dua sungai di luar, maka saya
berkata, “Apa kedua sungai ini, wahai Jibril?”. Dia menjawab, “Adapun
dua sungai yang di dalam, maka itu adalah 2 sungai dalam surga. Adapun
yang di luar maka dia adalah Nil dan Furoth”. Kemudian Jibril -’alaihis
salam- datang kepadaku dengan membawa sebuah bejana yang berisi khamar
dan bejana yang berisi susu, lalu sayapun memilih susu.
Maka Jibril berkata, “Engkau telah memilih fitrah”. Kemudian kami terus
ke atas sampai saya tiba pada jenjang yang padanya saya mendengar
goresan pena. Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Maka
Allah mewajibkan atasku 50 sholat sehari semalam. Kemudian saya turun
kepada Musa -’alaihis salam-. Lalu dia bertanya, “Apa yang diwajibkan
Tuhanmu atas ummatmu?”. Saya menjawab, “50 sholat”. Dia berkata,
“Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya
ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji
dan mencoba Bani Isra`il”. –Beliau bersabda-, “Maka sayapun kembali
kepada Tuhanku seraya berkata, “Wahai Tuhanku, ringankanlah atas
ummatku”. Maka dikurangi dariku 5 sholat.
Kemudian saya
kembali kepada Musa dan berkata, “Allah mengurangi untukku 5 sholat”.
Dia berkata, “Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka
kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka terus menerus
saya pulang balik antara Tuhanku -Tabaraka wa Ta’ala- dan Musa -’alaihis
salam-. Sampai pada akhirnya, Allah berfirman, “Wahai Muhammad,
sesungguhnya ini adalah 5 sholat sehari semalam, setiap sholat
(pahalanya) 10, maka semuanya 50 sholat. Barangsiapa yang meniatkan
kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa
baginya) sedikitpun.
Jika dia mengerjakannya, maka
ditulis(baginya) satu kejelekan”. Kemudian saya turun sampai saya
bertemu dengan Musa -’alaihis salam- seraya aku ceritakan hal ini
kepadanya. Dia berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah
keringanan”, maka sayapun berkata, “Sungguh saya telah kembali kepada
Tuhanku sampai sayapun malu kepada-Nya”. Kemudian saya dimasukkan ke
dalam surga, ternyata di dalamnya ada gunung-gunung dari permata dan
debunya adalah Misk”
Subhanallah